Ashanti - Baby

Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info

Sunday, October 13, 2013

KISAH BENAR - 7 KALI NAIK HAJI TAK DAPAT LIHAT KA'ABAH

KISAH BENAR - 7 KALI NAIK HAJI TAK DAPAT LIHAT KA'ABAH

LAHAULAWALA QUWWATAILLABILLAH

 
Bacalah..... .sbg PERINGATAN kita bersama...

Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan
nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun Islam yang
kelima.Sarah (juga bukan nama sebenarnya), sang Ibu, tentu senang
dengan ajakan anaknya itu. Sebagai muslim yang mampu secara material,mereka
memang berkewajiban menunaikan ibadah Haji. Segala kelengkapan sudah
disiapkan.

ibu anak-anak ini akhirnya berangkat ke tanah suci. Keadaan keduanya
sihat walafiat, tak kurang satu apapun. Tiba harinya mereka melakukan
thawaf dengan hati dan niat ikhlas menyeru panggilan Allah, Tuhan
Semesta Alam. "Labaik Allahuma labaik, aku datang memenuhi seruanMu ya
Allah".


Hasan menggandeng ibunya dan berbisik, "Ummi undzur ila Ka'bah (Bu,
lihatlah Ka'bah)." Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi
berwarna hitam itu. Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak beraksi dia
terdiam. Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh
anaknya.

Hasan kembali membisiki ibunya. Ia tampak bingung melihat raut wajah
ibunya. Di wajah ibunya tampak kebingungan. Ibunya sendiri tak
mengerti mengapa ia tak bisa melihat apapun selain kegelapan. beberapakali ia
mengusap-usap matanya, tetapi kembali yang tampak hanyalah kegelapan.

Padahal, tak ada masalah dengan kesihatan matanya.. Beberapa minit yang
lalu dia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa memasuki
Masjidil Haram segalanya menjadi gelap gulita. Tujuh kali Haji Anak
yang sholeh itu bersimpuh di hadapan Allah.. Ia shalat memohon ampunan-Nya.
Hati Hasan begitu sedih. Siapapun yang datang ke Baitulah, mengharap
rahmatNYA.Terasa hampa menjadi tamu Allah, tanpa menyaksikan segala
kebesaran-Nya, tanpa merasakan kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya.

Hasan tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubatnya yang
sungguh-sungguh, Ibundanya akan dapat merasakan anugerah-Nya, dengan
menatap Ka'bah, kelak. Anak yang soleh itu berniat akan kembali
membawa ibunya berhaji tahun depan. Ternyata nasib baik belum berpihak
kepadanya. Tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi. Ibunya kembali
dibutakan didekat Ka'bah, sehingga tak dapat menyaksikan bangunan yang merupakan
symbol persatuan umat Islam itu. Wanita itu tidak dapat melihat
Ka'bah. Hasan tidak patah arang. Ia kembali membawa ibunya ke tanah suci tahun
berikutnya. Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka'bah. Setiap berada di
Masjidil Haram, yang tampak di matanya hanyalah gelap dan gelap.

Begitulah keganjilan yang terjadi pada diri Sarah. hingga kejadian itu
berulang sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji.Hasan tak habis
fikir, dia tak mengerti, apa yang menyebabkan ibunya menjadi buta di depan
Ka'bah.. Padahal, setiap kali berada jauh dari Ka'bah, penglihatannya selalu
normal. Dia bertanya-tanya, apakah ibunya punya kesalahan sehingga
mendapat azab dari Allah SWT ?. Apa yang telah diperlakukan ibunya,
sehingga mendapat musibah seperti itu ? Segala pertanyaan berkecamuk
dalam dirinya. Akhirnya diputuskannya untuk mencari seorang alim
ulama, yang dapat membantu permasalahannya.

Beberapa saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal
kerana kesohlehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi (Uni Emirat).. Tanpa
kesulitan bererti, Hasan dapat bertemu dengan ulama yang dimaksud. Ia
pun mengutarakan masalah kepada ulama yang soleh ini. Ulama itu
mendengarkan dengan saksama, kemudian meminta agar Ibu Hasan perlu
menelefonnya. Anak yang berbakti ini pun pulang. Setibanya di tanah
kelahirannya, dia meminta ibunya untuk menghubungi ulama di Abu Dhabi
tersebut.

Beruntung, sang Ibu mau memenuhi permintaan anaknya. Ia pun menelefon
ulama itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya di tanah
suci. Ulama itu kemudian meminta Sarah introspeksi, mengingat kembali,
mungkin ada perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya di masa
lalu, sehingga ia tidak mendapat rahmat Allah. Sarah diminta untuk bersikap
terbuka, mengatakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya. . "Anda
harus berterus-terang kepada saya, karana masalah anda bukan masalah
senang," kata ulama itu pada Sarah. Sarah terdiam sejenak. Kemudian
dia meminta waktu untuk memikirkannya. Tujuh hari berlalu, akan tetapi
ulama itu tidak mendapat sebarang khabar dari Sarah.

Pada minggu kedua setelah percakapan pertama mereka, akhirnya Sarah
menelefon. "Ustaz, waktu masih muda, saya bekerja sebagai jururawat
di rumah sakit," cerita Sarah akhirnya.
"Oh, bagus..... Pekerjaan jururawat adalah pekerjaan mulia," potong
ulama itu.

"Tapi saya mencari wang sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara, tidak peduli, apakah cara
saya itu halal atau haram," ungkapnya terus terang. Ulama itu terkejut.. Ia
tidak menyangka wanita itu akan berkata demikian.

"Disana..... " sambung Sarah, "Saya sering kali menukar bayi, karana
tidak semua ibu senang dengan bayi yang telah dilahirkan. Kalau ada yang
menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya
perempuan, dengan imbuhan wang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginan
mereka."

Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah
"Astagfirullah. ....." betapa tega wanita itu
menyakiti hati para ibu yang diberi amanah Allah untuk melahirkan
anak. bayangkan, betapa banyak keluarga
yang telah dirosaknya, sehingga tidak jelas nasabnya. Apakah Sarah
tidak tahu, bahawa dalam Islam menjaga nasab atau keturunan sangat penting.
Jika seorang bayi ditukar, tentu nasabnya menjadi tidak jelas.
Padahal, nasab ini sangat menentukan dalam perkawinan, terutama dalam
masalah mahram atau muhrim, iaitu orang-orang yang tidak boleh
dinikahi."Cuma itu yang saya lakukan," ucap Sarah. "Cuma itu ?"
tanya ulama terperanjat.

"Tahukah anda bahawa perbuatan anda itu dosa yang luar biasa, betapa
banyak keluarga yang sudah anda hancurkan!". ucap ulama dengan nada
tinggi."Lalu apa lagi yang Anda kerjakan? "tanya ulama itu lagi sedikit kesal.
"Di rumah sakit, saya juga
melakukan tugas memandikan orang mati." "Oh bagus, itu juga pekerjaan mulia,"
kata ulama. "Ya, tapi saya memandikan orang mati karana ada kerja sama dengan tukang sihir."
"Maksudnya?" tanya ulama tidak mengerti. "Setiap saya bermaksud
menyengsarakan orang, baik membuatnya mati atau sakit, segala perkakas
sihir itu sesuai dengan syaratnya, harus dipendam di dalam tanah. Akan
tetapi saya tidak menguburnya di dalam tanah, melainkan saya masukkan
benda-benda itu ke dalam mulut orang yang mati."

"Suatu kali, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa, saya
memasukkan berbagai barang-barang tenung seperti jarum, benang dan
lain-lain ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda itu seperti
terpental, tidak hendak masuk, walaupun saya sudah menekannya
dalam-dalam. Benda-benda itu selalu kembali keluar. Saya cuba lagi begitu
seterusnya berulang-ulang. Akhirnya, emosi saya memuncak, saya masukkan benda itu
dan saya jahit mulutnya. Cuma itu dosa yang saya lakukan." Mendengar
pertuturan Sarah yang datar dan tanpa rasa dosa, ulama itu berteriak
marah.
"Cuma itu yang kamu lakukan ?". "Masya Allah....!!! Saya tidak dapat
bantu anda. Saya angkat tangan"Ulama itu amat sangat terkejutnya mengetahui
perbuatan Sarah. Tidak pernah terbayang dalam hidupnya ada seorang
manusia, apalagi dia adalah wanita, yang memiliki nurani begitu tega,
begitu keji. Tidak pernah terjadi dalam hidupnya, ada wanita yang melakukan perbuatan
sekeji itu. Akhirnya ulama itu berkata, "Anda harus memohon ampun
kepada Allah, kerana hanya Dialah yang dapat mengampuni dosa Anda."

Bumi menolaknya. Setelah beberapa lama, sekitar tujuh hari kemudian
ulama tidak mendengar khabar selanjutnya dari Sarah. Akhirnya ia
mendapat tahu dengan menghubunginya melalui telepon. Ia berharap Sarah
telah bertaubat atas segala yang telah diperbuatnya. . Ia berharap Allah
akan mengampuni dosa Sarah, sehingga Rahmat Allah datang
kepadanya.Kerana tak juga memperoleh khabar, ulama itu menghubungi
keluarga Hasan di Mesir.

Kebetulan yang menerima telepon adalah Hasan sendiri. Ulama menanyakan
khabar Sarah,ternyata khabar duka yang diterima ulama itu. "Ummi sudah
meninggal dua hari setelah menelefon ustad," ujar Hasan. Ulama itu
terkejut mendengar khabar tersebut. "Bagaimana ibumu meninggal, Hasan
?". tanya ulama itu.

Hasan pun akhirnya bercerita : Setelah menelefon ulama, dua hari
kemudian ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia. Yang mengejutkan
adalah peristiwa penguburan Sarah. Ketika tanah sudah digali, untuk kemudian
dimasukkan jenazah atas izin Allah, tanah itu rapat kembali, tertutup dan mengeras.
Para penggali mencari lokasi lain untuk digali. Peristiwa itu berulang kembali.
Tanah yang sudah digali kembali menyempit dan tertutup rapat. Peristiwa itu
berlangsung begitu cepat, sehingga tidak seorangpun penghantar jenazah
yang menyedari bahawa tanah itu kembali rapat.

Peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Para penghantar yang
menyaksikan peristiwa itu merasa ngeri dan merasakan sesuatu yang aneh
terjadi.Mereka yakin, kejadian tersebut pastilah berkaitan dengan
perbuatan si mayat.

Waktu terus berlalu, para penggali kubur putus-asa kerana pekerjaan
mereka tak juga selesai. Siang pun berlalu, petang menjelang, bahkan
sampai hampir maghrib, tidak ada satu pun lubang yang berhasil digali.
Mereka akhirnya pasrah, dan beranjak pulang. Jenazah itu dibiarkan
saja tergeletak di hamparan tanah kering kerontang..

Sebagai anak yang begitu sayang dan hormat kepada ibunya, Hasan tidak
tega meninggalkan jenazah orang tuanya ditempat itu tanpa dikubur.
Kalaupun dibawa pulang, rasanya tidak mungkin. Hasan termenung di
tanah perkuburan seorang diri. Dengan izin Allah, tiba-tiba berdiri seorang
laki-laki yang berpakaian hitam panjang, seperti pakaian khusus orang
Mesir.
Lelaki itu tidak tampak wajahnya, kerana terhalang tutup kepalanya
yang menjorok ke depan. Laki-laki itu mendekati Hasan kemudian berkata
padanya," Biar aku tangani jenazah ibumu, pulanglah!". kata orang itu.

Hasan lega mendengar bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki itu
akan menunggu jenazah ibunya. Syukur-syukur menggali lubang dan
kemudian mengebumikan ibunya. "Aku minta supaya kau jangan menengok ke
belakang, sampai tiba di rumahmu, "pesan lelaki itu. Hasan mengangguk,
kemudian ia meninggalkan pemakaman. Belum sempat ia di luar lokasi
pemakaman,terselit keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi
dengan jenazah ibunya.

Sedetik kemudian ia menengok ke belakang. Betapa pucat wajah Hasan,
melihat jenazah ibunya sudah dililit api, kemudian api itu menyelimuti
seluruh tubuh ibunya. Belum habis rasa herannya, sedetik kemudian dari
arah yang berlawanan, api menerpa wajah Hasan. Hasan ketakutan.Dengan
langkah seribu, dia pun bergegas meninggalkan tempat itu. Demikian
yang diceritakan Hasan kepada ulama itu. Hasan juga mengaku, bahwa separuh
wajahnya yang tertampar api itu kini berbekas kehitaman kerana
terbakar.

Ulama itu mendengarkan dengan seksama semua cerita yang diungkapkan
Hasan. Dia menyarankan, agar Hasan segera beribadah dengan khusyuk dan
meminta ampun atas segala perbuatan atau dosa-dosa yang pernah
dilakukan oleh ibunya. Akan tetapi, ulama itu tidak menceritakan kepada Hasan,
apa yang telah diceritakan oleh ibunya kepada ulama itu. Ulama itu
meyakinkan Hasan, bahwa apabila anak yang soleh itu memohon ampun
dengan sungguh-sungguh, maka bekas luka di pipinya dengan izin Allah akan
hilang.
Benar saja,tak berapa lama kemudian Hasan kembali memberitahu ulama
itu, bahawa lukanya yang dulu amat terasa sakit dan panas luar biasa,
semakin hari bekas kehitamannya hilang. Tanpa tahu apa yang telah dilakukan
ibunya selama hidup, Hasan tetap mendoakan ibunya. Ia berharap, apapun
perbuatan dosa yang telah dilakukan oleh ibunya, akan diampuni oleh
Allah SWT.

Semoga kisah nyata dari Mesir ini bisa menjadi pelajaran bagi kita
semua.

Wang $50.00 atau $50 kelihatan begitu besar bila dibawa ke
kotak derma masjid, tetapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket.
45 minit terasa terlalu lama untuk berzikir tapi betapa pendeknya waktu
itu untuk pertandingan bola sepak. Semua insan ingin memasuki syurga
tetapi tidak ramai yang berfikir dan berbicara tentang bagaimana untuk
memasukinya.

Rabu, 25 November 2009

Kelebihan Bulan Zulhijjah Sepuluh Hari Pertama

Segala kepujian dan kesyukuran ditujukan kepada Allah Ta’ala, Salawat dan Salam buat Junjungan Nabi Muhammad ‘Alaihis Solatu was Salam dan buat keluarga dan Sahabat Baginda.
Imam al Bukhari Rahimahullah meriwayatkan daripada Ibnu ‘Abbas Radhia Allah ‘anhuma bahawa Baginda Nabi Salla Allah ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tiada suatu haripun, amalan kebaikan padanya mempunyai kelebihan melainkan pada hari-hari ini – iaitu sepuluh hari Zulhijjah-”. Para Sahabat Baginda bertanya : “Apakah juga (pengecualian itu) termasuk jihad pada jalan Allah ?” . Ujar Baginda : “Tidak juga (termasuk) berjihad pada jalan Allah kecuali bagi seorang yang keluar dengan jiwa raga dan hartanya dan tidak membawa pulang apa-apa pun”.
Imam Ahmad Rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhia Allah ‘anhuma bahawa Baginda Salla Allah ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tiada suatu haripun, amalan kebaikan padanya mempunyai kelebihan melainkan pada hari-hari sepuluh Zulhijjah ini, oleh kerana itu perbanyakkanlah padanya tahlil (La Ilaha Illa Allah) , takbir (Allah Akbar) dan tahmid (Alhamdu Lillah)”.
Ibnu Hibban di dam kitab Sahihnya meriwayatkan dari Jabir Radhia Allah ‘anhu bahawa Baginda Salla Allah ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Seutama-utama hari adalah hari ‘Arafah”.

JENIS AMALAN YANG DIANJURKAN PADANYA.

Pertama : Menunaikan ibadah haji dan ‘umrah yang merupakan sebaik-baik amalan. Banyak hadith yang menyatakan kelebihan ibadah ini di antaranya : Sabda Nabi Salla Allah ‘alaihi wa sallam : “Satu ‘umrah ke ‘umrah yang lain menghapuskan (dosa) yang dilakukan di antara keduanya dan haji yang baik (diterima) tiada baginya balasan melainkan Syurga”.

Kedua : Berpuasa pada hari-hari tersebut atau sekadar kemampuannya – terutamanya pada hari ‘Arafah - . Tidak dinafikan bahawa puasa adalah di antara amalan yang terbaik dan ianya adalah pilihan Allah Ta’ala sendiri sebagaimana yang dinyatakan di dalam sebuah hadith qudsi : “Puasa itu adalah bagiKu dan Akulah yang membalasinya, dia meninggalkan keinginan nafsunya, makanan dan minumannya semata-mata keranaKu”. Dari Abu Sa’id al Khudri Radhia Allah ‘anhu berkata : ‘Rasulullah Salla Allah ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tiada seorangpun yang berpuasa pada satu hari di jalan Allah melainkan Allah menjauhkan dengan puasanya itu mukanya dari api neraka sejauh tujuh puluh tahun” (muttafaq ‘alaih). Imam Muslim Rahimahullah meriwayatkan dari Abi Qatadah Radhia Allah ‘anhu bahawa Rasulullah Salla Allah ‘alaihi wa sallam bersabda : “Puasa pada hari ‘Arafah, saya mengharap Allah akan menghapuskan (dosa) setahun yang lalu dan setahun yang mendatang”.

Ketiga : Takbir (Allahu Akbar) dan berzikir padanya, firman Allah Ta’ala yang bermaksud : “(Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang termaklum)”, hari-hari tersebut dijelaskan sebagai sepuluh hari di bulan Zulhijjah. Oleh kerana itulah para ‘Ulama menyarankan supaya diperbanyakkan berzikir pada hari-hari tersebut sebagaimana mafhum hadith Ibnu ‘Umar Radhia Allah ‘anhuma yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad Rahimahullah, di antaranya : “Oleh kerana itu perbanyakkanlah padanya tahlil (La Ilaha Illa Allah) , takbir (Allah Akbar) dan tahmid (Alhamdu Lillah)”. Imam Al Bukhari Rahimahullah meriwayatkan bahawa Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah Radhia Allah ‘anhum kedua mereka pada hari-hari tersebut selalu keluar ke pasar bertakbir dan diikuti oleh orang ramai. Imam Ishaq Rahimahullah meriwayatkan bahawa para Fuqaha’ (ahli feqah) di kalangan Tabi’in (generasi selepas Sahabat Nabi) sentiasa membaca pada hari-hari itu “[Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illa Allah, wa Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa LillahI Hamdu]”. Adalah amat digalakkan supaya suara ditinggikan ketika bertakbir di pasar, rumah, jalan, masjid dan selainnya berdasarkan firman Allah Ta’ala yang bermaksud : “( Dan supaya kamu membesarkan (bertakbir) Allah di atas ni’matNya menghidayat kamu)”. Dibolehkan juga pada hari-hari tersebut berzikir dengan apa-apa zikir yang lain dan segala do’a yang baik.


Keempat : Bertaubat dan meninggalkan segala ma’siat dan dosa, semoga dengan amalan baik dapat mencapai keampunan dan rahmat Allah. Ini kerana ma’siat adalah punca kepada jauh dan terhindarnya seorang hamba dari rahmat Allah manakala ketaatan pula adalah punca dekat dan kasihnya Allah kepadanya. Di dalam sebuah hadith yang diriwatkan oleh Abu Harairah Radhia Allah ‘anhu, Baginda Nabi Salla Allah ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Allah mencemburui (tidak suka) apabila seseorang hambaNya melakukan perkara yang ditegahNya” (muttafaq ‘alaihi).

Kelima : Memperbanyakkan amalan soleh (baik) terutama amalan-amalan sunat tambahan seperti solat sunat, bersedekah, berjihad, mebaca al Quran, menyeru kepada kebaikan, mencegah kemungkaran dan seumpamanya kerana kesemuanya akan digandakan pada hari-hari tersebut. Amalan yang dikerjakan ketika itu walaupun ia kecil tetapi ianya lebih disukai oleh Allah Ta’ala jika dibandingkan pada hari-hari lain, begitu juga amalan yang besar seperti berjihad di jalan Allah yang dikatogerikan di antara amalan yang terbaik, tidaklah mendapat kehebatan pahala pada hari-hari itu melainkan apabila kuda (kenderaan) yang ditungganginya terbunuh (binasa) dan darahnya keluar (dia cedera atau mati syahid).

Keenam : Disyari’atkan bertakbir pada beberapa hari yang mulia itu pada waktu siang atau malam terutama selepas menunaikan fardu solat lima waktu yang dikerjakan secara berjamaah. Bagi mereka yang tidak menunaikan ‘ibadah haji, takbir bermula dari waktu subuh hari ‘Arafah (9 Zulhijjah) dan bagi yang menunaikannya takbir bermula pada waktu Zohor hari raya haji (10 Zulhijjah), kesemuanya berakhir sehingga waktu ‘Asar pada hari ketiga belas (13) Zulhijjah.

Ketujuh : Disyari’atkan amalan korban (menyembelih haiwan ternakan) pada hari raya haji dan hari-hari Tasyriq (11, 12 dan 13 Zulhijjah). Ia merupakan sunnah (amalan) Nabi Allah Ibrahim ‘Alaihis Solatu was Salam setelah Allah Ta’ala mengujinya dengan perintah menyembelih anaknya Ismail ‘Alaihis Solatu was Salam tetapi ditebus ujian itu dengan digantikan seekor haiwan untuk disembelih.

Kelapan : Imam Muslim Rahimahullah meriwayatkan dari Ummu Salamah Radhia Allah ‘anha bahawa Nabi Salla Allah ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila kamu telah melihat anak bulan Zulhijjah dan ada di kalangan kamu yang ingin berkorban (sembelih haiwan ternakan), hendaklah dia menahan dirinya dari (memotong) rambut dan kukunya”, dan di dalam riwayat lain : “Maka janganlah dia memotong rambut dan kukunya sehinggalah dia berkorban”. Perintah (sunat) ini berkemungkinan ada persamaan dengan hukum bagi mereka yang membawa haiwan ternakan (ketika mengerjakan haji) dari kampung mereka yang telah dijelaskan oleh Allah Ta’ala, maksudnya : “(Dan janganlah kamu mencukur rambut kamu sehinggalah haiwan ternakan (yang dibawa untuk dihadiahkan dagingnya kepada penduduk Makkah) itu sampai ke tempatnya)”. Larangan (memotong rambut dan kuku) ini pada zahirnya adalah khusus kepada pemunya haiwan korban tersebut sahaja dan tidak termasuk isteri dan anak-anaknya melainkan mereka juga mempunyai haiwan seumpamanya, dan tidak mengapa jika yang berkenaan membasuh dan menggosok kepalanya kemudian terjatuh beberapa helai rambutnya.

Kesembilan : Setiap muslim hendaklah berusaha untuk menunaikan solat hari raya secara berjamaah, menunggu mendengar khutbah yang dibaca oleh imam selepas selepas solat tersebut supaya mendapat pengajaran daripadanya. Sepatutnyalah dia mengetahui hikmat di sebalik perayaan ini ; ia merupakan hari menyatakan kesyukuran dengan melakukan kebaikan, janganlah pula dilakukan padanya perkara yang mendatangkan kemurkaan Allah dengan mengerjakan ma’siat, kesombongan, pertengkaran, bermasam muka dan sebagainya yang boleh menjadi sebab kepada terhapusnya amalan-amalan kebaikan yang telah dikerjakannya sebelum itu.

Kesepuluh : Penuhilah hari-hari berkenaan dengan ketaatan kepada Allah, berzikir, bersyukur, menunaikan perintahNya, menjauhi laranganNya, mendekatkan diri kepadaNya semoga mendapat rahmat dan keampunanNya.

Hikmat Ayat Al-Kursi

Hikmat Ayat Al-Kursi




Assalamua'laikum

Dlm sebuah hadis, ada menyebut perihal seekor syaitan yg duduk diatas pintu rumah. Tugasnya ialah utk menanam keraguan di hati suami terhadap kesetiaan isteri di rumah dan keraguan di hati isteri terhadap kejujuran suami di luar rumah. Sebab itulah Rasulullah tidak akan masuk rumah sehinggalah Baginda mendengar jawaban salam daripada isterinya. Disaat itu syaitan akan lari bersama-sama dengan salam itu.

Hikmat Ayat Al-Kursi mengikut Hadis-hadis:

1) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi apabila berbaring di tempat tidurnya, Allah SWT mewakilkan dua orang Malaikat memeliharanya hingga subuh.

2) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir setiap sembahyang Fardhu, dia akan berada dlm lindungan Allah SWT hingga sembahyang yang lain.

3) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap sembahyang,tidak menegah akan dia daripada masuk syurga kecuali maut dan barang siapa membacanya ketika hendak tidur, Allah SWT memelihara akan dia ke atas rumahnya, rumah jirannya dan ahli rumah-rumah disekitarnya.

4) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap2 sembahyang fardhu, Allah SWT menganugerahkan dia setiap hati orang yg bersyukur,setiap perbuatan orang ygbenar,pahala nabi2 serta Allah melimpahkan padanya rahmat.

5) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi sebelum keluar rumahnya, maka Allah SWTmengutuskan 70,000 Malaikat kepadanya - mereka semua memohon keampunan dan mendoakan baginya.

6) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir sembahyang Allah SWT akan mengendalikan pengambilan rohnya dan dia adalah seperti orang yang berperang bersama Nabi Allah sehingga mati syahid.

7) Barang siapa yang membaca ayat Al-Kursi ketika dalam kesempitan nescaya Allah SWT berkenan memberi pertolongan kepadanya.

Dari Abdullah bin 'Amr r.a., Rasulullah S.A.W. bersabda,Sampaikanlah pesanku biarpun satu ayat..."
Wassalam,
"Utamakan SELAMAT dan SEHAT untuk Dunia Mu, Utamakan SHOLAT dan ZAKAT untuk Akhirat Mu"




Wallahualam..


Keistimewaan Idul Adha

Keistimewaan Idul Adha



Hari Raya Aidiladha mempunyai banyak keistimewaan yang harus diperbesarkan oleh umat Islam, bagi mengingati semula serta mengambil iktibar pengorbanan tiga manusia agung iaitu Nabi Ibrahim; isterinya, Hajar dan Nabi Ismail yang wajar dicontohi.

Nabi Ibrahim berjiwa kental dan mempunyai cita-cita unggul serta ketakwaan yang tinggi kepada Allah, Hajar pula solehah yang bertakwa kepada Allah sekali gus sebagai ibu penyayang yang mempunyai kesabaran luar biasa dan Nabi Ismail, sebagai anak yang solih berjiwa takwa, tawakal dan sanggup disembelih bapanya demi menjunjung titah perintah Allah.

Keistimewaan inilah yang harus diperbesarkan dan dijadikan teladan segenap lapisan masyarakat terutama ibu bapa, pemimpin dan juga remaja. Semangat dan ketabahan ini haruslah dijadikan landasan dalam kehidupan bagi membina sahsiah diri, kekuatan mental dan fizikal serta kesabaran dalam menghadapi ujian dan dugaan Allah.

Firman Allah SWT bermaksud: "Sesungguhnya Safa dan Marwah itu sebahagian dari syiar (lambang) Allah; maka sesiapa menunaikan ibadat haji ke Baitullah atau mengerjakan umrah, maka tiadalah menjadi salah ia bersaie (berjalan dengan berulang-alik) antara kedua-duanya. Dan sesiapa suka rela mengerjakan perkara kebajikan, maka sesungguhnya Allah memberi balasan pahala, lagi Maha Mengetahui." (Surah al-Baqarah, ayat 158)

Ibrahim Al-Sari berkata, Safa bermaksud batu keras dan kental. Oleh itu, sebatang pohon tidak tumbuh di atasnya manakala Marwah pula ialah batu lembut. Kedua-dua tempat itu dijadikan syiar Allah untuk dilaksanakan salah satu daripada rukun haji iaitu bersaie.

Syiar bermaksud tanda atau lambang ibadah kepada Allah. Oleh itu, ditakrifkan syiar sebagai setiap apa yang diperintahkan kepada hamba Allah sebagai satu ibadat kepada Allah dengannya daripada segala urusan agama seperti tawaf, saie, wukuf di padang Arafah dan melontar Jamrah di Mina. Sayid Qutub dalam kitab tafsirnya berkata, sesiapa yang berkeliling antara dua bukit, bererti dia menunaikan syiar untuk Allah.

Syeikh Sya’rawi pula menyatakan, dua bukit Safa dan Marwah mengingatkan nostalgia lama bagaimana Hajar iaitu ibu Ismail berulang alik antara kedua-duanya mencari air untuk anaknya selepas ditinggalkan Ibrahim di sisi Baitullah al-Haram.

Bagaimana fikiran seorang perempuan ketika ditinggalkan suaminya bersama anak kecil di tempat yang tidak mempunyai makanan dan sumber air?

Di sinilah lahirnya ucapan Hajar yang masyhur, iaitu kepada siapa kamu serahkan kami, adakah Allah yang perintahkan kamu berbuat demikian? Lantas jawab Nabi Ibrahim: Ya, dengan penuh yakin. Isterinya yang solihah berkata: Jika begitu, Allah SWT tidak akan mengabaikan kami.

Sesungguhnya jasa dan pengorbanan Nabi Ibrahim, sangat besar dalam menegakkan agama Allah dan membangunkan Makkah sebagai Kota Suci umat Islam yang amat penting.
Mengenai Kota Makkah, Allah berfirman maksudnya,

“ Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim ; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajipan manusia terhadap Allah, iaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajipan haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam " (Ali Imran :97)

Daripada ayat ini jelaslah bahawa pembangunan Kota Suci Makkah banyak membawa kebaikan dan manfaat kepada umat Islam. Selain ia menjadi arah kiblat ke Baitullah, kota ini juga menjadi tumpuan jutaan umat Islam untuk menunaikan haji setiap tahun. Ini dijelaskan dalam ayat sebelumnya melalui firman-Nya bermaksud:

“Sesungguhnya rumah ibadah pertama yang dibangunkan untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makah) yang mempunyai berkat dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (Ali Imran: 96)

Selain itu, Hari Raya Korban wajar diperbesarkan demi mengingati betapa penderitaan dan kesusahan yang dialami oleh Nabi Ibrahim, dalam usaha menegakkan agama Allah dan membangunkan Makkah. Baginda Nabi Ibrahim disenaraikan sebagai salah seorang Rasul yang bergelar ‘Ulul Azmi yang memiliki kesabaran dan ketabahan luar biasa, sanggup menanggung seribu satu macam kesusahan dan penderitaan serta cabaran semata-mata untuk mencari keredaan Allah.

Kemeriahan Eidil Adha akan lebih terasa apabila umat Islam yang tidak mengerjakan ibadat haji di Mekah sama-sama menunaikan puasa sunat hari Arafah. Berpuasa pada hari-hari 10 ini merupakan perkara yang semulia bagi mendekatkan seorang Islam kepada Tuhannya (Tidak dikira hari yang ke 10, yang merupakan hari Eid, maka ia haram dengan pasti).

Dan hari yang paling banyak fadhilatnya adalah hari ke 9, iaitu hari Arafah, hari dimana jemaah Haji berwukuf dengan keadaan menghadapi kusut dan berabuk, dengan pakaian ihram yang menyerupai kain kafan orang mati, tunduk kepada Allah menjawab seruannya, lalu berdo'a kepadanya.

Para jemaah Haji mendekati Allah disana dengan memakai Ihram, berTalbiah dan berdo'a, dan mereka yang lain (selain dari jemaah haji) berada dirumah mendekati tuhannya dengan berpuasa. Nabi saw telah ditanya tentang berpuasa pada Hari Arafah, baginda bersabda : "Puasa hari Arafah, sesunguhnya aku berharap Allah swt agar menghapuskan dosa setahun yang lepasnya dan tahun yang sebelumnya" - [Hadith riwayat Tirmudzi]. Ini bermakna Islam sentiasa mengawal setiap tindak tanduk umatnya di mana setiap amalan yang dikerjakan dan bertepatan dengan kehendak syarak akan diganjari pahala termasuklah juga perkara makan dan minum.

Hari Raya Korban hendaklah diperbesarkan dengan sewajarnya, dengan mengucapkan takbir. Ibn Abi Shaibah menyebut bahawa `Ali KW menunjukkan bahawa permulaan takbir bermula sejurus selepas solat Subuh hari Arafah sehingga hujung waktu ‘Asar hari ketiga Tashriq.

Pada Aidilfitri disunatkan menjamah makanan atau juadah sebelum ke masjid tetapi untuk Hari Raya Korban kita tidak disunatkan berbuat demikian. Sebaliknya disunatkan pergi ke surau atau masjid lebih awal untuk menunaikan solat sunat Aidiladha dan mendengar khutbah yang menyentuh antara lain kisah pengorbanan Nabi Ibrahim yang boleh dijadikan panduan dalam kehidupan umat Islam.

Sebaik selesai solat sunat Aidiladha, maka bersegeralah menyembelih binatang korban. Kemudian dagingnya disedekahkan kepada fakir miskin dan sebahagiannya juga diberikan kepada kariah masjid sebagai hadiah. Nabi SAW bersabda bermaksud: “Barang siapa dibukakan baginya pintu kebaikan (rezeki) hendaklah memanfaatkan kesempatan itu (untuk berbuat baik) sebab dia tidak mengetahui bila pintu itu akan ditutup baginya.” (Riwayat Asy Syihaab).

Membesarkan Hari Raya Korban dengan pelaksanaan ibadat korban yang dilakukan semata-mata kerana Allah pada Hari Raya Haji dan hari-hari Tasyrik (11,12, dan 13 Zulhijjah).

Ibadat korban dapat mengeratkan hubungan silaturahim antara ahli kariah masjid. Peserta yang melakukan ibadat korban melalui daging korban dapat dibahagi-bahagikan kepada golongan fakir miskin dan ahli kariah masjid. Ini akan menimbulkan rasa keinsafan dalam diri untuk terus membantu golongan yang kurang bernasib baik.
Selain itu, ibadat ini dapat mengukuhkan pertalian dan kasih sayang di kalangan keluarga dan ahli masyarakat yang berkumpul melaksanakan ibadat korban melalui kerja menyembelih, melapah, menyiang daging dan kemudian makan bersama-sama daging korban dimasak.

Ini juga dapat melahirkan rasa kegembiraan dan kesyukuran dengan melaksanakan perintah Allah. Ingatlah firman Allah s.w.t. bermaksud: “Dan (ingatlah) tatkala Tuhan kamu memberitahu: Demi sesungguhnya jika kamu bersyukur nescaya Aku akan tambah nikmat-Ku kepada kamu, dan demi sesungguhnya jika kamu kufur ingkar, sesungguhnya azab-Ku amatlah berat.” (Ibrahim:7)

By: Danar Anizar